Portalraya.com, Kukar– Dalam rangkaian pergelaran budaya Erau, sebuah tarian khas kesultanan kembali menjadi sorotan. Tarian itu bernama Tari Tapak Lembayung, sebuah karya seni yang sarat dengan filosofi kehidupan serta pesan pelestarian adat.
Aji Sri Anggreni Chandranila, pelatih sekaligus penanggung jawab Tari Tapak Lembayung dari Kesultanan Kutai Kartanegara, menjelaskan bahwa tarian ini menceritakan kisah tujuh dewi yang turun ke bumi untuk mengemban tugas penting menyebarkan tujuh filosofi kehidupan.
Setiap dewi membawa pesan yang direpresentasikan melalui warna kostum yang dikenakan. Misalnya, kuning melambangkan keagungan, hijau menyimbolkan keberkahan, ungu melukiskan kemewahan, sementara biru menggambarkan keharuan.
“Jadi mereka turun ke bumi untuk menebarkan nilai-nilai itu. Filosofi kehidupan tersebut ditransmisikan lewat gerakan dan warna,” terang Aji Sri Anggreni.
Lebih jauh, ia menegaskan bahwa Tari Tapak Lembayung bukan hanya hiburan, tetapi juga menjadi media pelestarian budaya, khususnya bagi generasi muda. Harapannya, para penari muda dapat melanjutkan tradisi yang telah dijaga oleh kesultanan sejak lama.
“Anak-anak ini sebagian besar adalah kerabat kesultanan, meski bukan bergelar aji. Usianya mulai dari SMA hingga kuliah. Mereka sudah dibina sejak SMP, sehingga terbiasa dengan lingkungan kesultanan,” ujarnya.
Meski begitu, kesempatan untuk menari tidak hanya terbatas pada kalangan kerabat. Pintu tetap terbuka bagi masyarakat umum yang berminat, asalkan mendapat arahan dari pihak kesultanan. Berbeda dengan sanggar tari pada umumnya, Tari Tapak Lembayung hanya dikelola di lingkungan kesultanan. Koordinasi biasanya dilakukan melalui tokoh penasihat, seperti Ibu Putri Cuma Kencana dan Ibu Melda.
Nama tarian ini sendiri menyimpan makna mendalam. Tapak Lembayung diartikan sebagai jejak langkah dewi yang menapak di bumi saat lembayung senja turun, simbol peralihan waktu yang penuh makna.
Aji Sri Anggreni berharap, pagelaran budaya seperti Erau dapat terus berlangsung. Menurutnya, kegiatan ini bukan hanya hiburan, tetapi juga ruang untuk memperkenalkan kekayaan adat dan budaya kepada para tamu serta masyarakat luas.
“Harapan kami, acara seperti ini tetap ada, tidak pernah berhenti. Karena melalui tarian ini, budaya kita bisa terus dikenal dan lestari,” pungkasnya.(Silvi)